Perayaan Kenaikan Isa Al Masih di Tanjung Sakti Sumatera Selatan

SHARE

Misa Perayaan Kenaikan Isa Al Masih, Di Gereja Santo Mikael berjalan Hikmat


Liputan : Soufie Retorika

CARAPANDANG [LAHAT] - Kecamatan Tanjung Sakti PUMI terletak di perbatasan Lahat dan Manna, Bengkulu Selatan merupakan daerah terpencil yang menyimpan banyak sejarah, budaya dan keberagamaan.
Kisah Gereja Santo Mikael di Kecamatan Tanjung Sakti PUMI Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, merupakan gereja tertua di Sumatera Bagian Selatan. Paroki Santo Mikael Tanjung Sakti merupakan cikal-bakal keuskupan Agung Palembang.
Pada tahun 1887, seorang misionaris Jesuit, P.J van Meurs SJ membuka sekolah bagi anak-anak pribumi Paseumah di  Tanjung Sakti, Paseumah Ulu Manna, Karasidenan Bengkulu Namanya kala itu. 
Gereja bersejarah ini menyimpan banyak cerita sejarah, hingga jaman perjuangan masyarakat Paseumah melawan penjajahan Jepang pun memiliki andil tersendiri.
Kamis (26/5/2022) menurut Mikael (57) warga Desa Pajar Bulan, Kecamatan Tanjung Sakti PUMI umat katolik menghadiri Misa sejak pukul 08.00 hingga pukul 09.00 dalam rangka perayaan Kenaikan Isa Almasih. Misa dipimpin Pastur Titus Purba Saputra SCJ, warga katolik yang mengikuti Misa sekitar 50 orang lebih.

Whats-App-Image-2022-05-26-at-16-52-32
“Rangkaian acara sebelumnya yakni setelah sebulan sebelumnya Paskah,lalu kini kita memperingati Kenaikan Isa Al Masih, dengan mendalami semua yang dijabarkan dalam Injil, seperti makna cinta kasih sesama,” jelas Mikael.
Masyarakat menjalankan ibadah dengan sukacita dan hikmat, sedangkan makna “cinta kasih sesama” yang selalu terjalin di antara masyarakat Tanjung Sakti PUMI terjalin baik karena keberagaman sejak dahulu mereka sudah mengalami.
Terpisah, Kamil Kades Pulau Panggung, Tanjung Sakti PUMI mengatakan bahwa keberagaman,gotong-royong, dan toleransi umat beragama di Tanjung Sakti berjalan harmoni. 
“Seperti perayaan Kenaikan Isa Al Masih hari ini. Kita sesama umat menjaga supaya ibadah umat katolik berjalan lancar dibantu personil Polsek Tanjung Sakti,” ungkap Kamil.
Ditegaskannya bahwa saling mengunjungi pada saat perayaan besar agama seperti Idul Fitri dan Natal biasa terjadi, toleransi sudah terjadi sejak jaman dahulu kala. Dan masyarakat saling bergandengan.