Purbasangka di Tahun 1934 Ala Film ‘Murder on the Orient Express’

SHARE

Film Murder on the Orient Express (slash film)


CARAPANDANG.COM – Sebuah film tak sekadar menyajikan rentetan gambar dengan cerita tertentu. Ketika dibedah, suatu film dapat memuat hikayat ilmu sosial yang begitu kaya. Jika menilik film Murder on the Orient Express, maka purbasangka itu terlihat dalam karakter Dr.Arbuthnot (Leslie Odom Jr.) dan Biniamino Marquez (Manuel Garcia-Rulfo). Salah satu alasan didesaknya Hercule Poirot (Kenneth Branagh) untuk mengungkap pembunuhan di kereta Orient Express, jika tidak maka Dr.Arbuthnot dan Biniamino Marquez menjadi kambing hitam. Keduanya menjadi tertuduh dikarenakan latar belakang ras. Dr.Arbuthnot merupakan orang berkulit hitam, sedangkan Biniamino Marquez merupakan sosok dari Amerika Latin.

Purbasangka, hal itulah yang dapat terjadi. Bahwa ras tertentu dilekatkan dengan hal-hal buruk dan negatif. Maka di film yang diangkat dari novel karya Agatha Christie ini stereotipe itu dapat didedah. Sebut saja Arbuthnot yang merupakan sosok kulit hitam cerdas yang harus bersaing ketat dikarenakan kuota yang begitu terbatas dan minim. Untuk mencapai kariernya sekarang, Arbuthnot benar-benar harus berjuang begitu keras. Namun dengan purbasangka, Arbuthnot dapat ditempatkan di kasta terendah dan dipandang sebagai pihak bersalah.

Lalu ada juga Biniamino Marquez yang dilekatkan dengan purbasangka menyelesaikan perkara dengan tindakan kekerasan. Purbasangka, hal ini dapat menjatuhkan keputusan yang salah dan keliru tentang seseorang ataupun orang-orang dari ras tertentu. Dikarenakan purbasangka beranjak tidak adil sejak dalam pikiran.

Bentangan jarak tahun telah terpisah antara tahun 1934 dan 2017, namun adakah purbasangka telah meluruh? Ataukah purbasangka mencuat pasang naik kembali seiring benturan peradaban yang diujarkan Samuel Huntington dan menaiknya dukungan kepada sosok seperti Donald Trump?