Manakala Media Massa Makin Menyerupai Medsos

SHARE

Ilustrasi | Istimewa


Anomali yang terjadi tidak berhenti di situ, bagaimana selera warganet turut mempengaruhi warna pemberitaan di media massa, seolah menjadi hal biasa. Media yang dulunya menyiarkan berita yang perlu diketahui masyarakat, kini menyebarkan berita yang ingin diketahui warganet. Memenuhi hasrat dan selera warganet adalah kunci, demi trafik dan capaian viewer yang tinggi.

Bahkan, perilaku warganet dalam mencari informasi di mesin pencarian turut menjadi acuan bagaimana judul berita harus dibuat dan deretan diksi tertentu harus digunakan, berdasarkan pantauan topik yang tengah ramai diperbincangkan di dunia maya. Konten berita secara keseluruhan dikreasikan agar ramah mesin pencari. Demi itu semua, dan tunduk pada mesin pencarian, kadang media mengorbankan tata bahasa atau menghindari diksi sastrawi karena tidak dikenal oleh warga internet. Sampai ke mana selera warganet hendak kita (media massa) ikuti? Akankah hingga media arus utama kehilangan jati dirinya?

Padahal tugas mulia media massa adalah mendidik publik melalui penyebarluasan berita yang benar, baik dan bermanfaat. Adalah tugas media juga untuk meluruskan kesalahkaprahan yang menjadi lazim. Karena tugas mulia itulah, media idelanya menjadi pelopor, bukan pengekor, yang memproduksi berita berdasarkan isu-isu yang viral di medsos. Media arus utamalah yang seharusnya mem-”viral”-kan isu-isu penting yang perlu diketahui publik, bukan sebaliknya.

Lantas bagaimana agar media massa tetap diminati tanpa harus kehilangan jati dirinya? Mungkin perlu mengambil sisi asyik yang membuat warganet betah bermain di wilayah medsos, kemudian menciptakan suasana serupa itu di media massa. Apa saja sisi asyik medsos? Adanya partisipasi aktif publik yang membuat komunikasi di medsos berjalan banyak arah, sehingga menimbulkan keseruan.

Berbeda dengan media massa di mana audiens bersifat pasif yang hanya menerima berita, tidak banyak media membuka ruang umpan balik dan adminnya aktif merespons. Untuk mengundang ketertarikan audiens berkunjung ke laman media massa, perlu juga dihidupkan kembali ruang jurnalisme warga yang memungkinkan siapa pun ikut berkarya. Dan yang tak kalah penting adalah persoalan kemasan, bagaimana media tetap istikamah menyajikan berita berkualitas, namun dalam format ringan, enak dibaca dan seru ditonton. Dengan membangun keseruan di “rumah sendiri”, kiranya media massa akan kembali ramai diminati. Semoga Hari Pers Nasional 2023 menjadi momen media kembali ke jati dirinya!

Halaman : 1