Mandiri Energi untuk Mandiri Ekonomi

SHARE

Istimewa


Pemanfaatan energi panel surya juga dilakukan Desa Kedonganan di Bali. Namun berbeda dengan Desa Tasikharjo dan Desa Tambakharjo, di Desa Kedonganan energi panel surya dimanfaatkan operasional Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R), dan berbagai aktivitas lainnya yang menimbulkan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Sedangkan Desa Eka Jaya di Jambi, Desa Larangan di Kota Cirebon, dan Desa Singapura di Kabupaten Lahat memanfaatkan energi panel surya untuk berbagai kegiatan seperti menyediakan listrik aquaponik, kolam pemancingan, dan kegiatan UMKM lainnya. Adapun kegiatan UMKM tersebut, seperti produksi kopi petik merah dan UMKM yang menghidupkan roda ekonomi serta sosial di masyarakat.

Sementara itu, Desa Kalijaran di Maos, Cilacap, Jawa Tengah menggunakan energi panel surya untuk irigasi. Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) sebesar 9.700 wattpeak (WP) yang dapat meningkatkan jumlah debit air untuk pengairan hingga 117.600 liter per hari dan produksi pupuk organik 70 kg/hari.

Inovasi ini meningkatkan siklus panen dari sebelumnya 2 kali menjadi 3 kali per tahun, penghematan anggaran irigasi per hektar dari Rp1,5 juta untuk pembelian BBM menjadi Rp1 juta, serta peningkatan produksi pertanian dari 12 ton menjadi 12 ton ditambah 4 ton cabai per hektar selama 1 tahun.

“Berkat energi panel surya dapat membantu meningkatkan produktivitas petani. Jumlah panen meningkatkan dari dua menjadi tiga kali setahun. Dengan adanya pengairan di musim kemarau ini, petani juga dapat menanam palawija,” ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Margosugih Desa Kalijaran, Prayitno seperti dikutip Antara.

Kecamatan Maos, Cilacap merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Tengah yang sangat potensial dalam membantu swasembada pangan Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Desa Kalijaran menjadi desa percontohan pengembangan energi baru terbarukan untuk pertanian.

Desa Urutsewu, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah telah mengembangkan biogas sejak 2013. Biogas ini, merujuk situs www.masterplandesa.com,  berasal dari kotoran sapi, ayam, dan limbah produksi tahu. Biogas tersebut dimanfaatkan dalam aktivitas memasak dan kegiatan produksi seperti penggilingan jagung. Saat ini Desa Urutsewu memiliki total 43 unit biogas dan 3 biogas portabel.

Desa Pegundungan, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, memanfaatkan gas rawa atau biogenic shallow gas (BGS) untuk mengaliri 100 KK sehingga sekarang warga tidak bergantung pada LPG lagi.

Warga Dusun Kalipondok, Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas tidak bergantung aliran listrik dari PLN. Warga mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dengan memanfaatkan aliran air dari Telaga Pucung.

Potensi Besar

Pengembangan desa mandiri energi sejalan dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs) poin 7 dan 13. Poin 7 SDG’s bertujuan menjamin akses menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua lapisan Masyarakat. Sedangkan poin 13 SDG’s bertujuan mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya karena perubahan iklim adalah tantangan global yang memengaruhi setiap orang. 

Dorongan untuk pengembangan desa mandiri energi saat ini menjadi penting mengingat Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya energi terbarukan. Menurut International Renewable Energy Agency (IRENA), diperkirakan total potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai 3.692 gigawatt (GW). Namun hingga tahun 2021, kapasitas yang terpasang hanya sebesar 10,5 GW atau sekitar 0,3% dari total potensi yang tersedia. Oleh karena itu, desa mandiri energi menjadi solusi alternatif untuk mengoptimalkan pendayagunaan energi terbarukan yang melimpah. Hal ini perlu disadari bahwa sebagian besar sumber energi terbarukan berada di wilayah perdesaan yang memiliki keanekaragaman hayati. dilansir indonesia.go.id

Halaman : 1