Menimbang Kemarahan Presiden Jokowi kepada Empat Menteri

SHARE

Ilustrasi by Roby


Pada priode pertama seperti disebut, empat kali Presiden Jokowi melakukan reshuffle beberapa menteri diganti. Sejauh itu Presiden Jokowi tidak pernah mengungkap secara jelas apa kesalahan menteri yang diganti. Rakyat dibuat gregetan pengin tahu alasannya, namun Presiden Jokowi "keukeuh" menutupnya. Alasan yang beredar didominasi spekulasi. 

Mengangkat dan memberhentikan menteri memang hak prerogatif Presiden. 

Ketika saya dan sekitar sepuluh pemimpin redaksi media pers nasional dijamu makan malam di Istana, saya sempat menanyakan masalah konsideran tiap kali reshuffle. Jokowi tidak menjawab. Sejak itu saya tidak pernah menerima  undangannya lagi  ke Istana.

Saya berkesimpulan, sebagai orang Jawa, mungkin Jokowi menjaga keputusannya  tidak melukai hati mantan pembantunya. Berbeda halnya  pada priode kedua ini. Jokowi berulang kali mengkritik kinerja pembantunya di depan publik. Pernyataannya keras, sudah sampai menyatakan "akan menggigit sendiri"  yang anak buahnya yang main-main. 
Jelas  itulah yang mendasari mengapa isu reshuffle merebak awal minggu. 

Rabu (23/3) saat Presiden menyelenggarakan rapat terbatas yang dihadiri semua anggota kabinet, banyak media yang terkecoh. Menganggap hari itu, Rabu Paing ( hari kesukaannya) Jokowi akan mengumumkan reshuffle.  Tetapi ternyata tidak.  Sampai kemudian muncul  nada kejengkelan dan ancamannya di Bali kemarin.

Artinya ini teguran Jokowi kesekian kali disampaikan di depan publik. Sebuah teguran yang  dapat digolongkan sebagai nyinyir.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nyinyir merupakan kata yang menjelaskan nomina (Objek Orang) atau pronomina (Benda). Istilah Nyinyir dalam dunia nyata memiliki arti Cerewet ; Nyenyeh dan Mengulang-ulang perintah atau permintaan. Dia dunia maya lain lagi.

Kata nyinyir sering ditemui di berbagai status dan postingan di media sosial . Contohnya, seperti ini  :" Halah, biasanya nyinyirin orang aja lo, pas ketemu aslinya juga palingan diem doang". Berdasar referensi netizen itu, setelah menimbang kemarahan Presiden kemarin, saya berkesimpulan  Presiden Jokowi tidak akan mereshuffle kabinetnya.

Fakta obyektif nya:  masa pemerintahannya kurang dua tahun sebelum berakhir. Ganti menteri mudah, namun untuk beradaptasi perlu waktu beberapa bulan lagi. Kongkritnya tidak efektif. Menteri-menteri cukup dinyinyirin saja supaya fokus pada pekerjaannya. Paling yang meradang hanya kader PAN yang tahun lalu bergabung dengan partai koalisi pendukung Jokowi. Padahal, Ibarat pertandingan sepakbola, Ketum PAN Zulkifli Hasan, tampak di tribun penonton sudah ganti kostum dan sedang pemanasan di pinggir lapangan menunggu bola mati. Ya, memang begitulah  risiko teringan dari politik.

Halaman : 1