Empat Emas Paralimpiade Belum Bisa Puaskan Natalia Partyka

SHARE

Istimewa


Tenis meja panggilan hidupnya

Kini di Tokyo, Paralimpian superstar Polandia ini sudah mengawali penampilan Paralimpiade keenamnya dengan menang straight set 3-0 atas atlet Jepang Takeuchi Nozomoi dalam babak pendahuluan kelas 10 tunggal putri para-tenis meja Paralimpiade Tokyo 2020.

Sekalipun sudah biasa menang dan tengah memburu medali emas tunggal putri para-tenis meja yang kelimanya secara berturut-turut dalam Paralimpiade, Partyka menganggap Paralimpiade kali ini kompetisi yang paling sengit.

"Saya bisa bilang semua pemain putri dalam kategori saya sudah banyak mencapai kemajuan. Mereka sungguh jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, jadi saya bisa katakan levelnya nyaris sama," kata dia kepada laman Olympics.com setelah mengalahkan Nozomoi.

Tetap saja, dia haus gelar, tak pernah puas dengan satu medali atau satu kemenangan. "Menang", kata dia, "terasa lebih baik" sekalipun tak akan bisa ditempuh dengan cara mudah.

Jika lawan-lawannya nanti tampil semakin baik dan semakin lapar, maka itu artinya dia pun harus lebih baik lagi dari yang sudah-sudah.

Dia sendiri sudah terbiasa tampil di atas rata-rata guna menjadi yang terbaik. Dan sejak awal karirnya dalam Paralimpiade, Partyka sudah memastikan namanya selalu terpatri dalam hati semua orang.

Dia melewati Paralimpiade perdananya di Sydney pada 2000, dalam usia 11 tahun, sehingga membuatnya menjadi atlet Paralimpiade termuda sepanjang masa, bahkan tak ada atlet Olimpiade yang melakukan debut dalam usia semuda dia.

Di Sydney itu semua orang semakin terpukau manakala si anak ajaib dari Polandia ini memenangkan dua pertandingan sebelum terhenti pada babak ketiga.

Tersenyum mengingat pengalamannya di Sydney itu, Partyka bijak berkata, "Paralimpiade Sydney membantu saya mempersiapkan diri dalam menghadapi Paralimpiade-paralimpiade berikutnya."

Kata-kata ini bukan bualan, pun bukan demi menghibur diri. Karena setelah kegagalan di Sydney itu, Partyka memenangi total lima emas Paralimpiade dalam disiplin yang dia mainkan, mulai dari Olimpiade Athena 2004.

Dan empat tahun setelah merebut medali emas Paralimpiade pertamanya di Athena 2004, Partyka memutuskan tampil baik dalam Olimpiade maupun pada Paralimpiade Beijing 2008.

Bersama atlet Afrika Selatan Natalie du Toit, dia menjadi dua atlet yang tampil dalam Olimpiade sekaligus Paralimpiade di Beijing 2008 itu.

"Selalu menjadi impian saya bisa lolos Olimpiade," kata dia mengenang Olimpiade pertamanya itu.

“Yang pertama saya itu gila banget karena saya menghabiskan waktu satu jam di zona media usai menyelesaikan pertandingan. Semua penonton mendukung saya, dan media tertarik kepada kisah hidup saya."

Pengalaman di Beijing membuat Partyka ketagihan. Dia mengulanginya lagi pada Olimpiade London 2012 ketika lolos ke babak 32 besar tunggal putri Olimpiade. Hal ini sungguh mengungkapkan kekuatan sejatinya dalam memainkan tenis meja.
 

Halaman : 1