Empat Emas Paralimpiade Belum Bisa Puaskan Natalia Partyka

SHARE

Istimewa


Belum mau berhenti

Di London 2012 itu pun dia berkata, "Segala hal tentang diri saya tercipta dari tenis meja. Cabang olahraga ini mengajari saya tentang 'kerja keras', 'pantang menyerah', dan 'berjuanglah selalu demi mimpimu'".

Ketika laman Olympics.com bertanya, manakah yang paling berat, Olimpiade atau Paralimpiade? Partyka tak ragu menjawab.

"Olimpiade jauh lebih mudah karena saya tak punya tekanan apa-apa. Tak ada yang mengharapkan saya memperoleh medali, saya cuma menikmati Olimpiade tanpa ada stres dan tekanan apa pun."

Tetapi dalam Paralimpiade semua itu berbeda, sambung dia. "Ini enggak gampang tapi saya senang sekali masih bisa mengalahkan semua orang."

Pengoleksi sekitar 30 medali kejuaraan dunia ini juga berbicara tentang keseimbangan dalam bagaimana Paralimpiade disajikan, termasuk di Tokyo ini.

Dalam soal ini, dia mendukung presentasi bahwa penyandang disabilitas itu juga manusia biasa seperti yang lain.

Untuk itu pula dia sangat menyukai video kampanye "WeThe15" yang dipresentasikan pada pembukaan Paralimpiade Tokyo dua hari lalu. "WeThe15" mengacu kepada jumlah penyandang disabilitas di seluruh dunia yang mencapai 15 persen dari total penduduk dunia.

"Video itu adalah cara yang baik dalam menunjukkan kepada semua orang bertubuh lengkap bahwa orang-orang difabel itu ada dan mereka juga normal. Kami menjalani kehidupan normal,” kata dia, artikulatif.

Tetapi Partyka juga ingin mendapatkan pengakuan bahwa betapa hebatnya paralimpian-paralimpian itu. Bagi dia sendiri, kualitas "superhero" paralimpian-paralimpian adalah juga sumber inspirasinya.

“Setiap kali saya mengikuti Paralimpiade, saya melihat semua atlet dan orang punya kisahnya masing-masing dan itu menginspirasi sekali."

Inspirasi itu pula yang menguatkan tekadnya untuk tak cepat-cepat meninggalkan arena sehingga sekalipun Tokyo 2020 menjadi Paralimpiade yang keenamnya, paralimpian Polandia ini belum terpikir mengakhiri karir.

“Saya seperti veteran. Tapi saya belum setua itu! Saya baru berusia 32 tahun, jadi saya kira saya masih muda, dan masih cukup muda untuk terus bermain."

"Anda tahu, tenis meja adalah panggilan hati saya dan itu juga mata pencaharian saya, jadi saya kira saya bisa merengkuh apa yang saya bisa rengkuh, oleh karena itu saya belum terpikir mengakhiri karir."

Dia justru fokus untuk kian kuat mencengkeram dominasi para-tenis meja.

Kamis 26 Agustus ini pukul 14.20 WIB dia akan menjajal atlet Paralimpiade Turki Meve Cansu Demir, untuk menapaki lagi jalan mendaki menuju dominasi itu.

Halaman : 1