Hari Olahraga Nasional dan Upaya Membangun Bangsa

SHARE

Istimewa


Spesial

Bersama Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) yang dibentuk pada tahun yang sama, PORI mempersiapkan atlet Indonesia untuk mengikuti Olimpiade London 1948.

Tetapi usaha Indonesia dalam mengikuti Olimpiade ini gagal karena Komite Olimpiade Internasional (IOC) tidak mengakui PORI mengingat kemerdekaan Indonesia saat itu belum diakui luas oleh dunia, termasuk pemerintah Inggris yang tidak mau mengakui paspor Indonesia, sehingga atlet-atlet Indonesia tak bisa mengikuti Olimpiade London 1948.

Penolakan ini mendorong Indonesia menggelar perhelatan semacam Olimpiade dalam tingkat nasional, yang diilhami oleh Sportweek 1938. Ajang ini kemudian disebut Pekan Olahraga Nasional.

Semangat besar di balik PON adalah memuat nilai-nilai fundamental yang dibutuhkan dalam proses pembangunan bangsa, khususnya persatuan dan kedaulatan, nasionalisme.

PON itu dibuka Presiden Soekarno pada 9 September 1948.

Tanggal ini kemudian dimaknai, bukan saja sebagai tonggak olahraga nasional, namun juga momentum dalam mana Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan dan membangun bangsa dalam kerangka nation building.

Dalam tahun-tahun kemudian, termasuk tahun ini, di mana Hari Olahraga Nasional akan digelar di Balikpapan, Kalimantan Timur, hari olahraga tetap dimaknai dalam perspektif pembangunan bangsa.

Proses ini tidak akan berhenti, apalagi bagi bangsa majemuk seperti Indonesia yang selalu membutuhkan perekat untuk tetap satu dan melangkah bersama menjawab tantangan zaman.

Bahkan itu tersirat dalam tema Hari Olahraga Nasional 2022, "Bersama Mencetak Juara."

Halaman : 1