CARAPANDANG- Oleh: Prof. Dr. Hanif Nurcholis
Masyarakat dunia modern menonton pertunjukan primitivisme bangsa Indonesia untuk kedua kalinya. Pertama menonton ritual kendi Nusantara yang tata caranya dirancang oleh dukun istana. Kedua adalah aksi pawang hujan pada MotoGP di Mandalika Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Apa argumennya dua peristiwa tersebut saya sebut pertunjukan primitivisme? Primitivisme di sini sebagai lawan modernisme. La, apa itu primitive dan apa itu modern. Merujuk kepada filosof August Comte, perkembangan pemikiran manusia dalam memahami alam dimulai tahap kanak-kanak (teologi), tahap remaja (metafisika), dan tahap dewasa (positivisme).
Tahap kanak-kanak disebut teologi terdiri atas tiga tahap: (1) dengan mempercayai bahwa alam ini berasal ruh-ruh dan benda-benda yang berjiwa (animisme dan dinamisme), (2) dengan mempercayai bahwa alam ini berasal dari banyak dewa (politeisme), dan (3) dengan mempercayai bahwa alam ini berasal dari satu tuhan/dewa (monoteisme).
Tahap remaja disebut metafisika yaitu mempercayai bahwa alam ini berasal dari ruh-ruh yang dihubungkan dengan dunia nyata seperti percaya kepada dewa yang dikaitkan dengan gunung dan yang lainnya. Tahap dewasa disebut positivisme yaitu memahami alam raya secara rasional dan empirik.
Halaman : 1
Masyarakat dunia modern menonton pertunjukan primitivisme bangsa Indonesia untuk kedua kalinya. Pertama menonton ritual kendi Nusantara yang tata caranya dirancang oleh dukun istana. Kedua adalah aksi pawang hujan pada MotoGP di Mandalika Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Apa argumennya dua peristiwa tersebut saya sebut pertunjukan primitivisme? Primitivisme di sini sebagai lawan modernisme. La, apa itu primitive dan apa itu modern. Merujuk kepada filosof August Comte, perkembangan pemikiran manusia dalam memahami alam dimulai tahap kanak-kanak (teologi), tahap remaja (metafisika), dan tahap dewasa (positivisme).
Tahap kanak-kanak disebut teologi terdiri atas tiga tahap: (1) dengan mempercayai bahwa alam ini berasal ruh-ruh dan benda-benda yang berjiwa (animisme dan dinamisme), (2) dengan mempercayai bahwa alam ini berasal dari banyak dewa (politeisme), dan (3) dengan mempercayai bahwa alam ini berasal dari satu tuhan/dewa (monoteisme).
Tahap remaja disebut metafisika yaitu mempercayai bahwa alam ini berasal dari ruh-ruh yang dihubungkan dengan dunia nyata seperti percaya kepada dewa yang dikaitkan dengan gunung dan yang lainnya. Tahap dewasa disebut positivisme yaitu memahami alam raya secara rasional dan empirik.