Meski cahaya dan lingkungan sekitar dapat memengaruhi ritme sirkadian, sinyal utamanya tetap berasal dari sistem saraf. Hal inilah yang membuat seseorang bisa merasa lebih segar pada waktu tertentu, atau justru mengantuk pada jam-jam yang sama setiap hari.
Jika tekanan tidur dan ritme sirkadian tidak selaras, misalnya akibat jadwal tidur yang tidak teratur atau sering berganti-ganti, kualitas tidur bisa menurun meski durasinya terlihat cukup.
Selanjutnya dia menjelaskan bahwa membiasakan bangun pada jam yang sama setiap hari justru berdampak positif pada kualitas tidur dibandingkan memaksakan jam tidur tertentu.
“Bangun di waktu yang konsisten bisa lebih membantu tubuh membangun pola tidur yang sehat dibandingkan memaksa tidur saat belum mengantuk,” ujarnya.
Maka itu dia memberikan saran agar seseorang baru berbaring di tempat tidur ketika benar-benar merasa mengantuk. Jika tidak bisa tertidur dalam 20-30 menit, itu menandakan tekanan tidur belum cukup.
Menurutnya dalam kondisi tersebut, aktivitas ringan seperti meditasi, mandi air hangat, atau meredupkan lampu bisa membantu tubuh bersiap untuk tidur.
Tidak semua orang butuh tidur 8 jam
Dalam penjelasannya, Cunningham menyebut bahwa rekomendasi untuk tidur selama tujuh hingga sembilan jam per malam merupakan angka rata-rata, bukan aturan mutlak untuk semua orang.