"Bibit ini memiliki potensi rendah untuk menjadi Siklon Tropis dalam 24 jam ke depan," katanya.
Adapun bibit siklon tropis itu menginduksi terbentuknya daerah perlambatan kecepatan angin atau konvergensi pertemuan angin atau konfluensi di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur bagian Selatan.
Daerah konvergensi lainnya memanjang di Selat Malaka hingga Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Jawa Tengah, Jawa Timur Daerah Istimewa Yogyakarta Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertemuan awan hujan di sekitar Siklon Tropis, Bibit Siklon Tropis, Sirkulasi Siklonik, dan di sepanjang daerah konvergensi-konfluensi tersebut," katanya.
Terkait cuaca di daerah lain, dia mengingatkan untuk publik di Indonesia bagian barat mewaspadai potensi hujan petir di Palembang dan Palangka Raya, potensi hujan sedang di Bengkulu dan Jakarta.
Dia juga menyebutkan terdapat juga potensi hujan ringan sebagian besar Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, dan potensi berawan hingga berawan tebal di Banda Aceh.
Untuk Indonesia bagian timur, katanya, perlu mewaspadai potensi hujan sedang di Mamuju, Kendari, Makassar, dan Merauke.
"Terdapat juga potensi hujan ringan di Denpasar, Mataram, Kupang, Palu, Makassar, Manado, Ternate, Ambon, dan sebagian Papua, dan potensi berawan tebal di Gorontalo, potensi asap dan kabut di Sorong," katanya.