Pada sesi keempat yang bersifat kejutan dan opsional, para peserta bertukar. Beberapa orang yang sebelumnya menggunakan ChatGPT diminta menulis tanpa bantuan AI dan beberapa anggota kelompok yang mengandalkan kemampuan otak untuk menulis esai dikenalkan pada ChatGPT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan konektivitas saraf lebih rendah saat menggunakan AI. Semakin banyak bantuan AI yang digunakan, semakin rendah keterlibatan jaringan otak utama, terutama yang berhubungan dengan memori, perhatian, dan fungsi eksekutif.
Sebagian besar pengguna ChatGPT kesulitan mengutip secara akurat bagian dari esai mereka sendiri, berbeda dengan mereka yang hanya mengandalkan otak atau pencarian tradisional.
Pengguna AI memiliki rasa kepemilikan terhadap tulisan yang lebih beragam, dengan beberapa peserta mengklaim kepemilikan tulisan sepenuhnya dan yang lainnya tidak merasa demikian.
Kepuasan terhadap esai pada anggota kelompok pengguna AI beragam, tetapi konsisten lebih tinggi pada anggota kelompok pengguna mesin pencari.
Para peneliti menyebut efek ini sebagai "utang kognitif", mengacu pada bagaimana ketergantungan berulang terhadap sistem AI dapat merusak proses kognitif yang mendasari pemikiran mandiri.
Utang kognitif ini menggambarkan bahwa manfaat jangka pendek dari produktivitas dan beban mental yang lebih rendah dalam jangka panjang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, pembelajaran, dan daya ingat.