Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumbar, Reti Wafda menjelaskan bahwa terdapat 20 kelompok nelayan dengan total 205 kepala keluarga yang terdampak di daerah tersebut. Kayu-kayu besar yang terbawa arus sungai hingga ke laut menumpuk di sepanjang pantai, menghalangi jalur melaut para nelayan.
“Bibir pantai dipenuhi kayu gelondongan. Jika dipaksakan melaut, risikonya besar untuk keselamatan jiwa dan perahu nelayan,” jelasnya
Sebagai bentuk empati dan dukungan pemulihan, Pemprov Sumbar menyerahkan bantuan logistik kepada seluruh keluarga nelayan terdampak. Setiap paket bantuan berisi beras 5 kg, mie instan, biskuit, minuman kaleng, sarden, susu, susu beruang, serta perlengkapan bayi seperti popok.
Bantuan diserahkan secara simbolis kepada ketua kelompok nelayan sebelum didistribusikan kepada seluruh anggota. Son Efendi, salah seorang nelayan Pasia Nan Tigo mengatakan bantuan tersebut sangat berarti, mengingat mereka sudah hampir dua minggu tidak dapat bekerja. Ia juga menyebut, kondisi laut pascabanjir benar-benar berubah.
“Kayu besar-besar berserakan sampai ke tengah laut. Kalau perahu menabrak, bisa pecah. Kami tak berani melaut,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah dapat mempercepat pembersihan area pantai dan perairan agar aktivitas melaut bisa kembali normal. Jika kondisi ini tak kunjung berubah, diyakininya dapat semakin mempersilit ekonomi para nelayan.