Ketika terjadi penculikan para perwira tinggi AD, Panjaitan tewas ditembak di rumahnya pada 1 Oktober 1965.
6. Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo
Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen pada 23 Agustus 1922. Ia menamatkan pendidikan di AMS dan bergabung ke TKR setelah Proklamasi.
Pada pertengahan 1960-an, ia menolak rencana pembentukan Angkatan Kelima. Sikap itu membuat rumahnya diserbu pasukan Cakrabirawa.
Ia diculik pada 1 Oktober 1965 dan kemudian ditemukan tewas bersama jenderal lainnya di Lubang Buaya.
7. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean
Pierre Andreas Tendean lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939. Ia putra dari dokter A.L. Tendean dan Cornel M.E.
Sejak muda ia bercita-cita menjadi tentara. Ia masuk Akademi Militer Bandung tahun 1958 dan lulus sebagai perwira muda.
Pada peristiwa G30S, ia menjadi korban salah sasaran karena dikira Jenderal Nasution. Pierre tewas di usia 26 tahun dan dianugerahi gelar pahlawan revolusi.
8. Brigjen (Anumerta) Katamso Darmokusumo
Brigadir Jenderal Katamso lahir di Sragen pada 5 Februari 1923. Ia menempuh pendidikan PETA di Bogor semasa pendudukan Jepang.
Katamso diculik dalam peristiwa G30S dan ditemukan tewas pada 21 Oktober 1965. Jenazahnya dikebumikan di TMP Kusumanegara, Yogyakarta.
9. Kolonel (Anumerta) Sugiyono
Kolonel Sugiyono lahir di Gunung Kidul pada 12 Agustus 1926. Ia awalnya bercita-cita menjadi guru, namun akhirnya menempuh pendidikan militer di PETA.