Lebih lanjut, ia menyoroti perubahan pola makan masyarakat Asia yang mulai bergeser dari tradisi lokal yang kaya serat dan gizi menuju makanan cepat saji dan olahan. Pergeseran ini, kata dia, telah meningkatkan berbagai keluhan pencernaan seperti perut kembung, asam lambung, dan gangguan iritasi usus.
Mengutip Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Dr. Sae-Lao menyebut hanya 3,3 persen masyarakat Indonesia yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai anjuran, sementara 96,7 persen lainnya masih di bawah standar harian yang direkomendasikan.
Ia menegaskan pentingnya memahami peran saluran pencernaan yang sering disebut sebagai “otak kedua”, karena sistem ini berpengaruh terhadap imun, energi, metabolisme, hingga kesehatan mental. Ketidakseimbangan nutrisi, kata dia, dapat mengganggu mikrobioma usus dan memicu peradangan yang berujung pada gangguan pencernaan kronis.
Dr. Sae-Lao juga mengingatkan agar masyarakat mendengarkan kebutuhan tubuh dan kembali pada kebijaksanaan pangan tradisional.
“Saluran pencernaan Anda dapat menjadi penunjuk jalan, cukup dengarkan baik-baik,” ujarnya.