Ia mengatakan, ilmu pengetahuan terus berkembang untuk menilai kemungkinan faktor pemicu kanker, dengan harapan dapat mengurangi jumlah kasus kematian akibat kanker dan jumlah korban manusia.
“Kajian aspartam ini menunjukkan bahwa meskipun keamanan bukan perhatian utama pada dosis yang biasa digunakan, ada efek potensial yang ditemukan. Ini perlu diselidiki melalui penelitian yang lebih banyak dan lebih baik," ujarnya.
Dalam rilis tersebut disampaikan IARC dan JECFA melakukan tinjauan independen, namun saling melengkapi untuk menilai potensi bahaya karsinogenik dan risiko kesehatan lain yang terkait dengan konsumsi aspartam.
Tinjauan independen tersebut adalah kali pertama IARC mengevaluasi aspartame, dan kali ketiga untuk JECFA.
"Setelah meninjau literatur ilmiah yang tersedia, evaluasi mencatat keterbatasan bukti yang tersedia untuk kanker dan efek kesehatan lainnya," katanya.
IARC menggolongkan aspartam sebagai kemungkinan karsinogenik bagi manusia (Grup 2B) berdasarkan bukti terbatas untuk kanker pada manusia, khususnya untuk karsinoma hepatoseluler yang merupakan jenis kanker hati.
Ada juga bukti terbatas untuk kanker pada hewan percobaan dan bukti terbatas terkait kemungkinan mekanisme penyebab kanker.