CARAPANDANG - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, akan mengumumkan berlakunya tarif resiprokal terhadap mitra dagangnya pada Rabu (2/4/2025). Ini langsung memicu kekhawatiran terjadinya perang dagang global akibat potensi pembalasan dari Tiongkok, Kanada, dan Uni Eropa. 

Trump mengklaim AS telah dieksploitasi oleh negara lain yang menutup pasarnya secara tidak adil untuk produk-produk Washington. "Kini, hari pembebasan bagi perekonomian AS akan tiba," ujarnya dikutip The Guardian, Rabu (2/4/2025).

Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan tarif tambahan 25 persen dikenakan untuk impor mobil produksi selain AS. Namun, hal itu juga dapat dikenakan pada produk-produk farmasi dan semikonduktor.

Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang telah sepakat memperkuat perdagangan bebas sebelum pengumuman tarif Trump. Gedung Putih menegaskan bahwa tarif baru akan berbasis negara tetapi juga mencakup sektor-sektor tertentu.

Ketidakpastian ini menyebabkan pasar global bergejolak dengan indeks utama Eropa dan Asia mengalami penurunan. Goldman Sachs meningkatkan peluang resesi AS dari 20 persen menjadi 35 persen akibat kebijakan tarif Trump.

Sementara itu, Tiongkok dan Kanada telah memberlakukan tarif balasan terhadap barang-barang AS. Sedangkan Uni Eropa juga bersiap menerapkan tindakan pembalasan mulai pertengahan April 2025.