CARAPANDANG - Direktur Retail dan Niaga Perusahaan Listrik Negara (PLN) Edi Srimulyanti mengatakan pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia adalah upaya untuk mengurangi emisi karbon di udara.
"Selaras dengan komitmen kita di G20 ekosistem EV (kendaraan listrik) ini juga dalam rangka upaya menurunkan emisi karbon yang ada di udara. Kita tahu bahwa sektor transportasi masih menyumbang emisi yang sangat besar tahun 2020, sekitar 280 juta ton CO2.
Kemudian, kalau tidak ada intervensi dari kita, maka pada tahun 2060 bisa mencapai 860 juta ton CO2," kata Edi pada konferensi pers Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan meskipun dalam proses produksi listrik di Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan energi hijau karena masih menggunakan batu bara dan gas, namun, tingkat CO2 yang dihasilkan masih jauh lebih bersih dibandingkan produksi bahan bakar fosil. Produksi bahan bakar listrik bisa mengurangi emisi karbon hingga 50 persen.
Terkait biaya bahan bakar, Edi menjelaskan bahwa 1,2 kWh daya listrik setara dengan 1 liter bensin. Jika harga 1 liter bensin sekitar Rp13.000 maka biaya 1,2 kWh listrik tidak sampai Rp2.500 sehingga, menurut dia, harga bahan bakar listrik pada kendaraan jauh lebih murah dibandingkan bensin.