Harga emas ditopang oleh kembali tegangnya kondisi di Timur Tengah. Israel diperkirakan akan melanjutkan operasi militer skala penuh di Gaza selama 6-8 minggu ke depan seiring dengan persiapan untuk melakukan invasi darat ke kota paling selatan di wilayah kantong tersebut, Rafah, menurut empat pejabat yang mengetahui strategi tersebut.
Sebuah kapal kargo yang terdaftar di Inggris dilaporkan diserang di Selat Bab al-Mandab di lepas pantai Yaman pada hari Minggu dan badan Operasi Perdagangan Maritim Inggris melaporkan awak kapal meninggalkan kapal di lepas pantai Yaman setelah terjadi ledakan.
Selain perang, pelaku emas juga menunggu rilis pertemuan Federal Open Market Committee atau FOMC Minutes Januari 2024, yang akan dirilis pada Rabu besok. Risalah ini diharapkan bisa menjadi petunjuk lebih lanjut mengenai waktu penurunan suku bunga, yang akan mengurangi opportunity cost untuk memegang emas batangan.
Menurut CME Fed Watch Tool, pasar memperkirakan peluang pemotongan suku bunga sebesar 74% pada bulan Juni 2024.
Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.