"Emas telah memperhitungkan dorongan positif apa pun yang akan diperolehnya dari ekspektasi penurunan suku bunga, jika inflasi mulai naik lagi, itu berarti para pembuat kebijakan harus mempertahankan kebijakan moneter yang lebih ketat untuk jangka waktu yang lebih lama," ujar Everett Millman, kepala analis pasar di Gainesville Coins, kepada Reuters.
"Meski emas tidak terlalu menyukai lingkungan suku bunga tinggi, jika alasan suku bunga tetap tinggi adalah karena inflasi yang semakin panas, maka secara alami berarti masyarakat akan kembali beralih ke emas," tambah Millman.
Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, mempertahankan tekanan pada The Fed untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi, sehingga membebani emas. Logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil juga digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
Menurut CME FedWatch Tool, para pelaku pasar terus bertaruh pada penurunan suku bunga pada Juni, meskipun peluang pelonggaran suku bunga pada Juni diperkirakan sebesar 59%, dibandingkan dengan 72% sebelum data CPI dirilis.
Indeks dolar AS menuju kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Januari, membuat emas lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.
"Kami meningkatkan perkiraan harga emas rata-rata untuk tahun 2024 dari US$2,090 per troy ons menjadi US$2,180 per troy ons, menargetkan pergerakan ke US$2,300 per troy ons pada akhir tahun," menurut catatan Goldman Sachs.