"Keunggulan generasi milenial, perlu diberdayakan secara optimal untuk menghadapi tantangan sektor pertanian. Modernisasi pertanian perlu dilakukan, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi, agar produk lokal mampu bersaing dengan barang impor," terang Mahyeldi.
Ia menambahkan, merangkul generasi muda untuk mau masuk ke sektor pertanian tentu tidak mudah, terutama untuk mengubah persepsi, bahwa anak muda yang sukses itu adalah anak muda yang bekerja di sektor formal. Mahyeldi menyebut perlu ada upaya serius terkait hal tersebut.
"Sosialisasi masif perlu dilakukan agar para generasi muda tertarik masuk ke sektor pertanian, Pemerintah dan Perguruan Tinggi perlu memainkan peran untuk itu," harap Mahyeldi
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi juga mengatakan hal senada, menurutnya ketahanan pangan nasional akan bisa terwujud jika persentase petani milenial bisa ditingkatkan secara signifikan.
"Saat ini, jumlah petani lokal ada sebanyak 38 juta orang, 70 % diantaranya dari telah berusia 50 tahun. Sedangkan petani milenial jumlahnya hanya 30%," ungkap Dedi.
Dedi menjelaskan, dari 70% petani kolonial tersebut tingkat pendidikan mereka juga rendah, rata-rata hanya tamatan sekolah dasar (SD) bahkan juga ada yang tidak bersekolah. Ini adalah persoalan serius ditengah keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan tahun 2045.