CARAPANDANG - Harga minyak mentah berjangka turun pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi global yang lesu dapat mengurangi permintaan energi melebihi janji Arab Saudi untuk memperdalam pengurangan produksi.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli tergelincir 0,41 dolar AS atau 0,57 persen, menjadi menetap pada 71,74 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara Brent untuk pengiriman Agustus merosot 0,42 dolar AS atau 0,55 persen, menjadi ditutup pada 76,29 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Harga minyak melonjak pada Senin (5/6/2023) setelah Arab Saudi mengatakan selama akhir pekan akan memangkas produksi menjadi sekitar 9 juta barel per hari (bph) pada Juli dari sekitar 10 juta barel per hari pada Mei.
Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia, juga secara tak terduga menaikkan harga jual resmi minyak mentahnya ke pembeli Asia. Namun, pemotongan pasokan Saudi tidak mungkin mencapai "kenaikan harga yang berkelanjutan" karena permintaan yang lebih lemah, pasokan non-OPEC yang lebih kuat, pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di China dan potensi resesi di AS dan Eropa, kata analis Citi dalam sebuah catatan.