Para peneliti memperingatkan bahwa hasil dari studi ini mungkin dipengaruhi oleh berbagai bias eksperimental, karena pengaburan untuk intervensi olahraga lebih sulit daripada eksperimen yang melibatkan obat-obatan, sulit untuk menghindari efek ekspektasi. Namun, para peneliti tetap merekomendasikan
"Penyertaan olahraga sebagai bagian dari panduan praktik klinis untuk depresi, terutama olahraga intensitas tinggi. Berbagai jenis olahraga bekerja dengan cara yang berbeda, beberapa bersifat sosial dan mengajak kita keluar, sementara yang lain membantu kita menjadi lebih percaya diri atau mendapatkan lebih banyak ruang dari pikiran kita. Namun semua olahraga melepaskan neurotransmiter yang dapat mengubah perasaan kita. Jika olahraga itu adalah pil, itu akan laku keras," ujar Noetel. dilansir antaranews.com