CARAPANDANG - Pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) memastikan Iran berada di balik peretasan kampanye calon presiden Donald Trump baru-baru ini. Disebutkan bahwa Iran berusaha mengganggu pemilihan presiden AS dengan memicu ketidakpercayaan terhadap institusi demokrasi negara tersebut.
Tim Kampanye Trump menuduh Iran meretas komunikasi internal di antara mereka, tetapi pejabat Iran membantah tuduhan tersebut. Sumber BBC News menyatakan para peretas asal Iran diduga juga membidik kandidat presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris.
Menurut BBC, intelijen AS meyakini Iran berupaya mengakses orang-orang terkait tim kampanye presiden dari kedua partai yang bertarung. "Tujuannya untuk mempengaruhi proses pemilihan presiden AS," kata seorang pejabat intelijen AS.
Dilaporkan Tim Kampanye Trump menerima email berisi pesan agar penerimanya mengunduh tautan yang berbahaya. Sementara itu, Tim Kampanye Harris mengaku sempat menjadi target serangan email phising tetapi tidak berhasil.
Menurut intelijen AS, taktik untuk meretas ini bukan suatu hal yang baru. Dikatakannya bahwa Rusia dan Iran telah menggunakan metode serupa pada pemilihan presiden AS sebelumnya.
Hingga saat ini, belum jelas informasi apa saja yang berhasil dicuri pada peretasan tersebut. Tim Kampanye Trump mengatakan peretas hanya mampu mengakses informasi yang memang tersedia untuk umum.