Beranda Edukasi Ketika yang Muda Belajar dari Panggung Wayang Orang "Nyantrik"

Ketika yang Muda Belajar dari Panggung Wayang Orang "Nyantrik"

Miniseri Nyantrik dibuat sebagai jawaban atas kegelisahan melihat kenyataan begitu lebarnya jarak antara seni klasik tradisi dan generasi muda

0
istimewa

Program Nyantrik mensintesis beberapa proses perkembangan wayang orang. Wayang orang sendiri disinyalir merupakan bentuk seni pertunjukan yang berusia sangat tua. Beberapa catatan kuno seperti Prasasti Mantyasih (904 M) dan Prasasti Wimalasmara (930 M) telah menyebut pertunjukan ini dengan istilah Jawa Kuno, “hatapukan” atau “matapukan” dan “awayang wang”. Periode prasasti tersebut membuktikan bahwa kesenian ini sudah ada sejak zaman Mataram Kuno dan hanya dihadirkan bagi kalangan istana (keraton). Setelah itu wayang orang dimainkan pula di lingkungan kerajaan-kerajaan baru yang muncul di Jawa Timur, termasuk Majapahit.

Melalui perjalanan waktu, kemudian wayang orang dihidupkan kembali di era Mangkunegaran I (1760) dan Hamengkubuwono I (1750-an) dalam konteks pertunjukan ritual kenegaraan di dalam keraton ataupun untuk merayakan upacara-upacara penting. Namun, perubahan paling penting terjadi pada akhir abad ke-19. Seni pertunjukan ini keluar tembok keraton dan mulai dikemas menjadi pertunjukan komersial.

Tujuan Program Nyantrik

Zaman berubah, begitupun produk-produk kebudayaan yang ditantang untuk bisa mengikuti harapan akan bentuk-bentuk baru pengalaman estetis. Seni tradisi terancam ketika dalam proporsi tertentu keberadaannya tidak mengalami pengembangan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here