Spekulasi muncul bahwa langkah Microsoft ini mungkin dipicu oleh kebijakan tarif baru yang diluncurkan Presiden Trump pada pekan ini. Kebijakan tersebut berpotensi meningkatkan biaya pembangunan infrastruktur besar seperti pusat data. Situasi ini juga disebut ikut memicu ketidakpastian di pasar keuangan.
Selain faktor kebijakan tarif, perubahan ini juga bisa mencerminkan adanya penurunan proyeksi permintaan terhadap layanan AI yang sebelumnya telah diantisipasi.
Microsoft diprediksi masih akan menggelontorkan dana 80 miliar dolar AS seperti yang direncanakan, namun kemungkinan besar jumlah lokasi pusat data yang berhasil dibangun akan lebih sedikit dari perkiraan awal.