CARAPANDANG - Harga minyak hampir datar dalam perdagangan yang berombak pada akhir transaksi Senin (Selasa pagi WIB), karena Rusia melonggarkan larangan ekspor bahan bakar dan investor mengamati kenaikan suku bunga yang dapat membatasi permintaan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik tipis 2 sen menjadi menetap pada 93,29 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November turun 35 sen, menjadi ditutup pada 89,68 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah turun pekan lalu setelah kebijakan Federal Reserve yang agresif mengguncang pasar keuangan global dan menimbulkan kekhawatiran bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga menghambat permintaan minyak.
Penurunan tersebut mengakhiri reli tiga minggu lebih dari 10 persen setelah Arab Saudi dan Rusia membatasi pasokan dengan memperpanjang pengurangan produksi hingga akhir tahun.
"Pasar mungkin masih bergulat dengan The Fed yang mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama, yang dapat berdampak pada sisi permintaan," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates, dikutip dari Reuters.
Rusia menyetujui perubahan larangan ekspor bahan bakar, mencabut pembatasan bahan bakar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk beberapa kapal dan solar dengan kandungan sulfur tinggi, sebuah dokumen pemerintah menunjukkan pada Senin (25/9/2023).