CARAPANDANG - Harga minyak berjangka mengalami kerugian besar pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena komentar hawkish dari Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde menambahkan kekhawatiran atas prospek permintaan minyak di tengah sinyal bahwa bank-bank sentral mungkin belum selesai dengan kenaikan suku bunga mereka.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus tergelincir 1,67 dolar AS atau 2,41 persen, menjadi menetap pada 67,70 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus merosot 1,92 dolar AS atau 2,59 persen, menjadi ditutup pada 72,26 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Pasar minyak berada di bawah tekanan karena para pedagang fokus pada komentar hawkish dari presiden ECB, kata Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire.
"ECB siap menaikkan suku bunga, yang akan memberi tekanan lebih besar pada ekonomi dan dapat mengurangi permintaan minyak," tambah Zernov.
Presiden ECB mengatakan pada Selasa (27/6/2023) bahwa inflasi yang sangat tinggi akan mengharuskan bank untuk menghindari mengumumkan penghentian kenaikan suku bunga.
Suku bunga yang lebih tinggi dapat membebani aktivitas ekonomi dan permintaan minyak. Inflasi di kawasan euro terlalu tinggi dan diperkirakan akan bertahan terlalu lama, kata Lagarde pada pertemuan bank sentral di Portugal pada Selasa (27/6/2023).