Kemudian, ia menyebut krisis perbankan di AS ini jadi pelajaran agar negara siap menyediakan danabailoutyang jumlahnya tidak kecil jika terjadi kegagalan di sektor perbankan.
"Ini artinya juga harus ada penyempurnaan terus dari regulasi pengawasan dan juga antisipasi krisis keuangan," ujarnya.
Selain itu, ada dampak teknis yang ditimbulkan yang berkaitan dengan suku bunga.
"Karena investor panik kemudian membuat imbal hasil atau yield surat utangnya naik, otomatis dampaknya ke Indonesia yang juga harus berkejaran dengan kenaikan suku bunga," jelas Bhima.
Maka, suku bunga akan terus meningkat ke depannya.
"Dan itu akhirnya membuat tekanan kepada sektor riil. Terutama pelaku industri yang membutuhkan modal untuk pembelian bahan baku, mesin, kemudian belanja untuk operasional. Ini juga akan berkaitan dengan kenaikan beban biaya bunga," tambahnya.
Oleh karena itu, tidak seperti yang diekspektasi sebelumnya, masih banyak tantangan dalam pemulihan ekonomi global.
"Jadi, Indonesia harus melihat ke dalam, dan juga memitigasi risiko dari transmisi di AS," pungkas Bhima.