Perry juga menambahkan bahwa kebijakan mempertahankan suku bunga acuan itu didasari dari proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik dibanding proyeksi sebelumnya. Meskipun BI anggap ketidakpastian pasar keuangan masih tinggi.
"Ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% pada 2023 dan 3,0% pada 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya masing-masing sebesar 3,0% dan 2,8%," ucap Perry.
Sementara ketidakpastian global masih terus terjadi dibuktikan oleh kuatnya indikator-indikator ekonomi AS yang melampaui ekspektasi, melambatnya perekonomian China, dan resesi teknis di Inggris dan Jepang.
Terlepas dari tantangan yang ada, BI tetap yakin untuk memproyeksikan penurunan Fed Fund Rate (FFR) yang dijadwalkan pada semester kedua 2024, dengan mengantisipasi penurunan total sebesar 75 basis poin (bps).
Tak berhenti sampai disitu, rupiah terbilang bergerak stabil pada pekan ini terdorong dari rilis data NPI Indonesia yang mengalami surplus cukup besar yakni US$8,6 miliar pada kuartal IV-2023 dan surplus sebesar US$6,3 miliar sepanjang 2023. Bila dirupiahkan dengan kurs per Kamis (22/2/2024) yakni Rp15.585/US$ maka angkanya mencapai Rp134,03 triliun untuk kuartal IV dan Rp98,19 triliun.
Surplus NPI ini ditopang oleh kuatnya kinerja transaksi modal dan finansial, terutama karena asing sudah mulai masuk kembali ke investasi portofolio. dilansir cnbcindonesia.com