Ekonom Senior, Bambang Brodjonegoro memandang saat ini adalah waktu yang tepat untuk bisa mengurangi ketergantungan dolar. Karena saat ini nilai kurs dolar sedang tinggi alias mahal.
Menteri Keuangan RI (periode 2014-206) ini menjelaskan, nilai kurs dolar sedang mahal, akibat tingkat bunga yang relatif tinggi dan konsekuensi Amerika Serikat (AS) untuk menahan inflasi.
Sehingga banyak negara yang kemungkinan khawatir kalau ketergantungan terhadap dolar AS, tidak hanya akan menghambat perdagangan, tapi bisa menciptakan ekonomi biaya tinggi.
"Dengan mahalnya dolar, dolar jadi lebih langka dan harga yang relatif tinggi," ujar Bambang kepada CNBC Indonesia dalam program Closing Bell, dikutip Selasa (9/5/2023).
Oleh karena itu, dia melihat saat ini sebenarnya waktu yang tepat untuk suatu negara bisa mengurangi ketergantungan dolar, bisa melalui sistem kerjasama, atau lewat penyatuan mata uang bersama.
Tak heran jika negara aliansi BRICS yakni Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan untuk berencana membentuk sistem pembayaran baru, alias tidak lagi menggunakan dolar AS sebagai mata uang mereka untuk melakukan transaksi.
"Yang disampaikan atau ide dari BRICS bukan ide baru, karena euro muncul dari kesepakatan negara-negara anggota uni eropa untuk bisa mempunyai satu mata uang yang diharapkan bisa jadi pesaing dolar AS," kata Bambang.