Meski demikian, beberapa tahun belakangan masih ada orang-orang yang peduli, yang mempelajari dan menggali tarian ini untuk dipentaskan kembali. Sebagai tarian tradisional, pementasan tari gegerit diiringi oleh musik tradisional yang didominasi oleh alat musik pukul, seperti, kenong, dol, dan gendang. Irama yang dihasilkan dari perpaduan alat musik tersebut cenderung motong dan menghentak. Hal tersebut disesuaikan dengan gerak tarian yang kaku dan patah-patah.
Indra menambahkan, tari gegerit mengandung amanat yang dalam tentang perjuangan para perempuan Lahat dalam melawan penjajahan. Kandungan amanat tersebut tergambar dalam gerakan para penari ketika menggenggam kudok, senjata tradisional masyarakat Sumatera Selatan.
Amanat tersebut masih relevan dengan keadaan saat ini, dimana perempuan masih terkungkung oleh filsafat maskulinisme, sehingga menjadikannya sebagai makhluk inferior di masyarakat. Namun yang terpenting, tari gegerit juga mengamanatkan generasi muda tidak bisa diam-diam saja, tetap harus berjuang walau tidak dalam keadaan berperang. Perjuangan yang dimaksud adalah perjuangan melawan angkara murka yang ada di dalam diri. dilansir indonesiakaya.com