CARAPANDANG - Amerika Serikat (AS) pada Selasa (20/2) memveto draf resolusi Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza. Ini merupakan kali keempat AS melakukan hal itu sejak meletusnya konflik tersebut. Meski demikian, langkah AS bukanlah hal yang mengejutkan.
Hal yang tidak mengejutkan lainnya adalah meningkatnya rasa frustrasi dan ketidakpuasan di dalam komunitas internasional perihal penghalangan yang terus dilakukan oleh Washington. Amerika tidak diragukan lagi menghalangi upaya perdamaian di Timur Tengah.
Penggunaan hak veto berulang kali tersebut menggarisbawahi ketidakpedulian AS terhadap situasi kemanusiaan yang parah di Gaza. Penolakannya dalam mendukung sebuah resolusi yang bertujuan untuk meringankan penderitaan warga sipil yang terjebak dalam konflik tersebut kian mengikis kredibilitas AS sebagai mediator konflik Israel-Palestina.
Sikap AS yang bersikeras membiarkan konflik itu terus berlangsung memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara retorika Amerika dan tindakannya, mengungkap kemunafikan dan standar ganda dalam nilai-nilai yang dianutnya.