"Sumbar dikenal dengan potensi wisata dengan karakter yang beragam, yang bukan hanya mass tourism. Setiap pelosok nagari kita punya potensi lokal yang luar biasa. Keragaman karakter nagari inilah yang akan dijual menjadi daya tarik wisata daerah," kata Vasko.
Dengan integrasi desa wisata dan Nagari Creative Hub, ekonomi lokal diharapkan semakin berkembang, sekaligus memperkuat posisi Sumbar sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia.
Mendukung hal ini, Ketua Bidang Media, Promosi dan IT TP2 DEWI Sumbar, yang juga menjabat ketua Sumbar Kreatif Forum, Riswandi Sudarso mengatakan simpul nagari kreatif sebetulnya sudah ada di Sumbar, bahkan sejak jaman kolonial Belanda.
"Beberapa daerah di Sumbar yang memiliki warisan kerajinan tangan sejak zaman kolonial, seperti Silungkang di Sawahlunto dengan tenunannya, Nagari Koto Gadang di dengan sulam dan peraknya, pengrajin besi di Sungai Pua Agam, dan masih banyak yang lainnya," ujar pria yang akrab disapa Kiwi ini.
Menurut Kiwi, Nagari Creative Hub harus mampu mendata dan mendokumentasikan potensi besar wisata dan ekonomi kreatif ini dengan baik, sehingga dapat diintegrasikan dalam satu peta wisata digital.
Dengan adanya peta wisata digital, Kiwi berpandangan potensi wisata dan ekonomi kreatif di nagari akan semakin mudah diakses serta dipromosikan ke luar Sumatera Barat.