CARAPANDANG - Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah diperkirakan 350.000 anak terdiagnosa kanker setiap tahunnya, menurut Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Ghebreyesus pada Rabu (26/7).
"Banyak dari mereka tidak dapat mengakses pengobatan yang mereka butuhkan. Hanya 25 persen dari negara berpenghasilan rendah yang menyertakan obat kanker anak dalam paket tunjangan kesehatan mereka," kata Ghebreyesus saat konferensi pers di Jenewa.
Dia memperingatkan bahwa kondisi itu membuat anak-anak beserta keluarga mereka berpotensi menerima obat berkualitas di bawah standar dan rusak serta menyebabkan mereka semakin menderita dan kesulitan secara finansial.
"Alhasil, keberlangsungan hidup anak-anak di negara ini kurang dari 30 persen, dibanding dengan di negara-negara berpenghasilan tinggi yang bisa mencapai 90 persen lebih," katanya.
Mengingat Inisiatif Global untuk Kanker Anak yang diluncurkan WHO dan kemungkinan mendatangkan kontribusi 15 juta dolar AS (sekitar Rp225 miliar) dari St. Jude Children’s Research Hospital di Amerika Serikat, ia mengatakan: "Inisiatif itu bertujuan untuk mencapai keberlangsungan hidup sedikitnya 60 persen di negara berpenghasilan rendah dan menengah pada 2030, yang berfokus pada enam jenis kanker yang sangat dapat disembuhkan dan mewakili lebih dari separuh kasus kanker anak."