SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan sejumlah bangunan yang rusak di Jalur Gaza
2. SOUNDBITE (Bahasa Arab): ABU MOHAMMED, Pria Palestina asal Beit Lahia di Gaza utara
STORYLINE:
Otoritas setempat di Jalur Gaza, dibantu negara-negara regional dan lembaga internasional, terus mengintensifkan upaya pembersihan reruntuhan dan pembukaan kembali jalan-jalan vital di seluruh daerah kantong tersebut sejak gencatan senjata antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada 10 Oktober.
Pemerintah kota di seluruh Gaza telah mengerahkan sumber daya terbatas yang mereka miliki untuk membersihkan jalan-jalan dan mendirikan tempat penampungan sementara bagi ribuan keluarga yang terpaksa mengungsi, karena serangan Israel selama dua tahun terakhir telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur di daerah kantong tersebut.
"Tidak ada satu pun jalan, kawasan, atau gang di Jalur Gaza yang tidak rusak sebagian atau sepenuhnya akibat (serangan) mesin perang Israel," ungkap Asem al-Nabih, juru bicara pemerintah Gaza City.
Dia menambahkan bahwa konflik tersebut telah menyisakan sekitar 55 hingga 70 juta ton reruntuhan, sementara sekitar 90 persen infrastruktur Gaza, termasuk jalanan, air, saluran pembuangan, dan jaringan listrik, telah hancur atau rusak parah.
"Sejak hari pertama gencatan senjata, kami mulai mengerahkan buldoser dan peralatan terbatas yang kami miliki untuk membersihkan reruntuhan dan membuka kembali jalan-jalan utama. Sebagian besar peralatan kami rusak atau hancur akibat perang, tetapi kami berupaya melakukan yang terbaik dengan apa yang tersisa," paparnya.
Menurut Hosni Mohana, petugas hubungan masyarakat pemerintah kota tersebut, operasi-operasi ini tidak hanya bertujuan untuk memulihkan rute transportasi, tetapi juga menyiapkan lokasi bagi kamp-kamp sementara guna menampung warga pengungsi sebelum musim dingin tiba.
"Kami bekerja dalam kondisi yang sangat sulit akibat keterbatasan parah alat berat, bahan bakar, dan peralatan, serta minimnya tenaga kerja," ujar Mohana kepada Xinhua. Dia menjelaskan bahwa bahkan jika peralatan tersedia, kekurangan bahan bakar untuk mengoperasikannya tetap menjadi hambatan utama.
Dia menekankan bahwa Gaza sangat membutuhkan "kerja sama yang luas dari negara-negara Arab dan komunitas internasional untuk menyediakan alat berat, bahan bakar, tenaga kerja, dan dukungan finansial guna mempercepat upaya rekonstruksi."