Beranda Kolom Mematangkan Kemampuan Kolaboratif, Bukan Sekadar Kemampuan Akademik

Mematangkan Kemampuan Kolaboratif, Bukan Sekadar Kemampuan Akademik

Sejumlah kebijakan strategis telah diluncurkan, mulai dari penggantian Ujian Nasional (UN) dengan Tes Kompetensi Akademik (TKA), pengembalian sistem penjurusan di SMA, pengurangan bobot mata pelajaran, hingga penambahan mata pelajaran koding dan kecerdasan buatan (AI) di SD-SMA.

0
Ilustrasi | Istimewa

Kementerian Dikdasmen memiliki peran strategis dalam membangun pemahaman orang tua bahwa pendidikan tidak semata-mata berfokus pada pencapaian akademik, melainkan juga pada pengembangan kemampuan kolaboratif siswa.

Dalam era yang semakin kompleks dan dinamis, dunia kerja dan masyarakat menuntut generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mampu bekerja sama, berkomunikasi, dan beradaptasi dengan berbagai situasi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa anak-anak mereka akan dibekali dengan dua pilar utama, yaitu kemampuan akademik dan kolaboratif

Siswa harus diberikan ruang untuk memilih dan mengembangkan potensi terbaiknya, baik dalam ranah akademik maupun kolaboratif. Tidak semua anak memiliki keunggulan di bidang akademik, dan hal ini bukanlah alasan untuk merasa rendah diri.

Justru, apresiasi dan penghargaan perlu diberikan kepada siswa yang menunjukkan keunggulan dalam kemampuan kolaboratif, seperti kepemimpinan, kerja tim, dan kemampuan menyelesaikan masalah bersama. Dengan demikian, sekolah dan orang tua dapat mendorong tumbuhnya lingkungan belajar yang inklusif, adil, dan menghargai keberagaman potensi anak.

Sekolah bukannya lembaga bimbingan belajar (LBB) yang hanya mempersiapkan anak didiknya bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan cara yang mudah, cepat, dan benar. Pengambil kebijakan baru Dikdasmen setidaknya harus mengingat hal ini agar sekolah dan LBB tidak berbenturan tugasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here