Pemerintah Venezuela menolak perintah blokade tersebut, menyebutnya sebagai ancaman mengerikan dan aksi penyitaan kapal sebagai pembajakan internasional. Presiden Maduro menuduh imperialisme ingin menguasai kekayaan minyak, gas, dan emas Venezuela.
Di dalam negeri AS, kebijakan Trump menuai kritik. Anggota Kongres dari Partai Demokrat, Joaquin Castro, menyatakan blokade itu tidak diragukan lagi merupakan tindakan perang yang tidak diizinkan Kongres.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Pete Hegseth menolak permintaan para anggota kongres untuk merilis rekaman serangan 2 September, dengan alasan dokumen rahasia tertinggi.
Di pasar minyak, harga mulai merespons antisipasi penurunan ekspor Venezuela. Ekspor minyak mentah Venezuela telah merosot tajam setelah penyitaan kapal tanker, situasi yang diperparah oleh serangan siber yang melumpuhkan sistem administratif perusahaan minyak negara PDVSA.
Meski pasar saat ini masih tercukupi pasokan, kekurangan hampir satu juta barel minyak per hari berpotensi mendorong kenaikan harga.
Administrasi Trump membela kampanye ini sebagai upaya mencegah narkoba mencapai pantai AS. Namun, Kepala Staf Trump, Susie Wiles, dalam sebuah wawancara, mengindikasikan bahwa operasi ini juga bagian dari upaya menggulingkan Maduro, dengan menyatakan Trump ingin terus meledakkan kapal sampai Maduro menyerah.