Amjad Shawwa, direktur Jaringan Lembaga Swadaya Masyarakat Palestina (Palestinian Non-Governmental Organizations Network), mengatakan bahwa jumlah truk yang mengangkut bantuan ke Jalur Gaza telah berkurang hingga 60 persen sejak Israel memulai operasi militernya di Rafah pada April dan menduduki perlintasan Rafah pada Mei.
"Sebelum penutupan perlintasan Rafah, situasi kemanusiaan di Jalur Gaza sangat buruk, karena hanya sekitar 200 truk yang dapat menyeberang masuk ke Gaza dalam satu hari," ungkap Shawwa kepada Xinhua, seraya menambahkan bahwa Israel memberlakukan lebih banyak pembatasan terhadap masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
"Kelaparan, kehausan, wabah, dan penyakit merebak dengan cepat, terutama di kalangan anak-anak dan perempuan sejak penutupan perlintasan Rafah," keluhnya.