“Namanya tim, 12 (dua belas) orang dijadikan satu, pasti ada aja konfliknya. Biasanya kalau sampai terjadi, diobrolin bersama, apa yang menjadi unek-unek ya disampaikan. Karena kalau kita mainnya aneh, coach itu tahu. Jadi dikumpulkan semua, ditanyakan kenapa, dan harus selesai juga supaya tidak ada yang mengganjal. Harus percaya satu sama lain,” ungkap siswi kelas 8 yang akrab disapa Adel ini.
“Sama kalau setelah latihan, biasanya ngobrol dulu, jajan bareng, biar tambah chemistry,” tambah Adel.
Senada dengan Adel, Mikha Angelina Deco juga menambahkan bahwa sebagai tim tidak boleh pilih-pilih dalam berteman supaya semuanya berjalan dengan baik.
“Ya tidak pilih-pilih, namanya juga sudah satu tim, ya harus berteman dengan semuanya. Gak boleh ada yang namanya geng-gengan. Biasanya juga, bagian penting itu evaluasi setelah latihan atau bertanding. Jadi kesalahan satu sama lain bisa ditambal. Pelatih yang ambil peran, biar selesai saat itu juga,” ungkap Mikha yang berada di kelas 8 ini.
Yang menjadi kunci selain latihan dan kekompakkan, menurut Mikhaila, Adel, dan Mikha adalah dukungan dari orang tua.
“Dukungan orang tua itu penting. Orang tua selalu mengingatkan untuk konsisten. Tidak hanya di basket, di sekolah juga, dan ibadah juga seperti itu. Jadi memang sangat penting. Apalagi kalau pas bertanding, kadang mental naik turun, dukungan orang tua sangat berpengaruh sehingga saya bisa bertanding tanpa ada rasa tertekan,” ungkap Mikhaila.