CARAPANDANG - Harga emas jatuh ke level terendah dalam tiga minggu pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), menghentikan kenaikan dua sesi berturut-turut, karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS) memberikan tekanan terhadap logam mulia ketika para pedagang menunggu data inflasi AS terbaru.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di Divisi Comex New York Exchange, merosot 12,10 dolar AS atau 0,62 persen, menjadi ditutup pada 1.935,10 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di 1.947,50 dolar AS dan terendah di 1.929,90 dolar AS.
Emas berjangka bertambah 4,50 dolar AS atau 0,23 persen menjadi 1.947,20 dolar AS pada Senin (11/9), setelah terdongkrak 20 sen atau 0,01 persen menjadi 1.942,70 dolar AS pada Jumat (8/9), dan menyusut 1,70 dolar AS atau 0,09 persen menjadi 1.942,50 dolar AS pada Kamis (7/9).
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik 0,2 persen menjadi 104,72 pada perdagangan Selasa (12/9). Sejak mencatat level terendah tahun ini pada 13 Juli, indeks dolar AS telah naik lebih dari 4,0 persen, menurut data FactSet.
Penguatan dolar, "hambatan bagi emas, terus berlanjut dengan hanya beberapa kemunduran kecil di sepanjang perjalanannya," Michael Armbruster, Managing Partner di Altavest, mengatakan kepada MarketWatch. "Yang lebih penting, imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang terus mengalami tren lebih tinggi."