Bagi The Fed, penciptaan lapangan kerja yang relatif tenang ditambah dengan kenaikan upah yang hampir sesuai dengan ekspektasi menambah skenario di mana bank sentral tidak perlu melakukan apa pun.
Pemerintah dapat terus membiarkan data mengalir, tanpa harus mengubah suku bunga saat mereka mengevaluasi dampak dari 11 kenaikan suku bunga sebelumnya.
"Jika pasar tenaga kerja mulai memburuk, The Fed tidak bisa meneruskan kebijakan hawkishnya. Data kemarin menopang kondisi tersebut," tutur Phillip Streible, analis dari Blue Line Future, dikutip dari Reuters.
Analis dari OANDA, Craig Erlam, menjelaskan level harga emas US$ 2.000 per troy ons mungkin sulit di tembus. Pasalnya, faktor ketegangan geopolitik sudah tidak sekencang pekan-pekan sebelumnya.
"Level US$ 2.000 menjadi level penghalang psikologis yang susah ditembus. Momentum saat ini menunjukkan level tersebut mungkin sulit dicapai dalam kondisi seperti saat ini," ujar Erlam, dikutip dari Reuters.
Analis Tai Wong juga berpendapat sama. Harga emas kemungkinan akan mengalami konsolidasi atau hanya bergerak sangat moderat karena faktor geopolitik.
Seperti diketahui, emas melambung pada dua pekan terakhir salah satunya karena meletusnya perang Israel vs Hamas pada 7 Oktober 2023.
Sejak perang meletus, harga emas sudah melambung 8,7%.
Emas adalah aset aman sehingga akan dicari di saat terjadi ketegangan geopolitik.