Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, mengatakan harga emas mengalami kenaikan karena pasar yakin bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada pertengahan tahun, sehingga menurunkan opportunity cost emas batangan.
"Dalam tiga-empat bulan, harga emas akan mencapai rekor tertinggi jika kita melihat data ekonomi yang buruk dan pasar yakin bahwa (The Fed) siap untuk melakukan pemotongan," ujar Melek kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa pembelian bank sentral yang kuat juga mendukung pasar saat ini.
Suku bunga yang lebih rendah cenderung meningkatkan permintaan emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Hal lain yang dapat mendukung harga emas yakni mengenai New York Community Bancorp yang menemukan "kelemahan material" dalam pengendalian internal terkait dengan tinjauan pinjamannya, menambah kesengsaraan eksposur real estat komersial di AS.
Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.
Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. dilansir cnbcindonesia.com