Editorial tersebut juga menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena membentuk pemerintahan ekstrem kanan berisi menteri-menteri propemukim yang mengabaikan hak-hak warga Palestina dan berkontribusi pada meningkatnya kemarahan serta frustrasi di kalangan warga Palestina, faktor yang menjadi penyebab serangan baru-baru ini.
Para analis Israel meyakini bahwa Hamas telah merencanakan operasi militer ini dengan matang. Yoel Guzansky, seorang peneliti senior di Israel Institute for National Security Studies, mengatakan kepada Xinhua bahwa persiapan Hamas untuk operasi militer ini "diperkirakan memakan waktu beberapa bulan."
Selain itu, Israel merayakan berbagai festival Yahudi, termasuk Rosh Hashanah (Tahun Baru Yahudi), Yom Kippur, dan Sukkot, sejak pertengahan September. Serangan baru-baru ini terjadi di tengah musim liburan Israel, saat level kewaspadaan Israel cenderung menurun, kata Eyal Pinko, seorang peneliti senior di Begin-Sadat Center for Strategic Studies Israel.
Analis militer Israel, Avi Benayahu, menilai bahwa babak baru konflik saat ini sangat berbeda dari konflik-konflik sebelumnya yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir, mengingat militan yang berbasis di Gaza saat ini juga menyandera sejumlah besar warga sipil dan tentara Israel, yang berpotensi memengaruhi skala balasan Israel.