oleh: Mujamin Jassin (Ketua Bidang Komunikasi dan Informatika DPP KNPI)
CARAPANDANG - Anything, tentang kemuliaan bulan Ramadhan yang nurturing kesehatan batin manusia. Idulfitri yang penuh nilai-nilai fitrah, kemudian disambut spirit Iduladha yang meneguhkan ukhuwah wasathiyah, semua telah berlalu dalam suasana kebisingan Pemilu.
Pemilihan umum semaraknya pesta demokrasi musiman ini bila saja sedikit merefleksinya. Betapa fenomenologis teramat rumit, melelahkan, dan membuat suasana hati meringis dalam gulungan kecemasan. Kontestasi politik yang mono preferensi, yakni kosmos selalu terbebani bias, olok-olok, stigmatisasi, selebrasi-selebrasi menyimpang dan manipulatif. Tradisikan kotor politik, kampanye negatif, fitnah, ngilik-ngilik emosi agar saling membenci. Menyulut percikan-percikan api gesekan yang membesar-meluas menjadi konflik komunal, mengoyak cerai-beraikan keharmonisan tatanan sosial.
Pihak yang dinyatakan kalah bukannya legowo, akui kekalahan dan memberikan selamat kepada yang menang. Justru agresif pasarkan opini-opini tudingan curang, suatu sikap yang sama sekali tidak menghargai kompetisi, tidak sportif. Dan jika dipikir-pikir, hal ini bukan saja tidak menunjukan demokrasi belum sehat, tidak menghormati terhadap pilihan rakyat.
