CARAPANDANG - Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang bermacam-macam. Bagaimana tidak, negara kita terdiri dari sekitar 1.340 suku (menurut catatan BPS di tahun 2010). Bayangkan jika setiap suku hanya memiliki satu warisan budaya saja, kita sudah mencatatkan hampir 1.500 jenis kebudayaan yang berbeda. Di tengah semarak warisan budaya di Indonesia, hadir sebuah teknik sulaman yang memikat perhatian, Sulam Tumpar. Teknik ini berasal dari Provinsi Kalimantan Timur, khususnya Kabupaten Kutai Kartanegara. Sulam Tumpar merupakan kerajinan bordir tradisional suku Dayak Benuaq dan telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Sulam tumpar biasanya diaplikasikan pada bahan kain, khususnya kain tenun “ulap doyo.” Kain ini juga merupakan kain tradisional khas Kutai Barat yang materialnya diperoleh dari daun tumbuhan doyo, sejenis gulma (Curculigo latifolia). Sulam tumpar ini dibuat menggunakan peralatan utama jarum, benang dasar, dan benang sulam berwarna-warni, secara manual dengan tangan. Pada masa lalu benang yang digunakan dalam sulam tumpar terbuat dari serat nanas dan diwarnai dengan pewarna alami. Saat ini, sulaman ini dibuat dengan menggunakan berbagai jenis benang dan kain.
Pembuatan dan Motif Sulam Tumpar