CARAPANDANG - Harga acuan minyak sedikit melemah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah mencatat kenaikan lebih dari 2,0 persen minggu lalu, dengan Brent tetap bertahan di atas 90 dolar AS per barel yang dicapai minggu lalu untuk pertama kalinya dalam 10 bulan menyusul penurunan produksi minyak mentah Saudi dan Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November tergelincir satu sen menjadi menetap di 90,64 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober merosot 22 sen menjadi ditutup pada 87,29 dolar AS di New York Mercantile Exchange
Arab Saudi dan Rusia pekan lalu mengumumkan bahwa mereka akan memperpanjang pengurangan pasokan sukarela sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.
Pengurangan pasokan membayangi berlanjutnya kekhawatiran terhadap aktivitas ekonomi China. Pada Senin (11/9/2023), Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo mengatakan bahwa masalah ekonomi China lebih cenderung berdampak lokal daripada berdampak pada Amerika Serikat.
“Sebagian besar dari berkurangnya pasokan ini hanya berfungsi untuk mengimbangi penurunan besar dalam permintaan minyak global,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun sekitar 2 juta barel untuk minggu kelima berturut-turut, menurut jajak pendapat awal Reuters pada Senin (11/9/2023).