CARAPANDANG - Solo, kota di Jawa Tengah yang dikenal sebagai jiwanya Jawa memiliki kekayaan kuliner tradisional yang menggugah selera. Keunikan kuliner Solo yang berasal dari resep turun temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi menjadikannya bagian dari warisan budaya Jawa Tengah yang tak lekang oleh waktu. Oleh karena itu, semboyan “Solo the Spirit of Java” dan kekayaan kuliner kota Solo merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan dan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin merasakan keunikan budaya Jawa Tengah dan cita rasa kulinernya.
Selain dikenal berkat Keraton Kasunanan, Solo juga menjadi surganya pecinta kuliner kambing dan sapi. Apalagi kalau bukan sate dan tengkleng. Jika sate biasa disajikan dengan daging yang dipotong-potong kemudian dibakar, lain halnya dengan sate buntel yang bisa Anda temui di sudut-sudut kota Solo.
Lim Hwa Youe adalah orang Tionghoa yang memperkenalkan sate buntel pada 1948. Mulanya sate buntel dibuat karena melihat sisa dari daging kambing yang keras. Kemudian Lim Hwa Youe menemukan ide untuk mencincang daging kambing yang agak keras tersebut dan diolah dengan rempah-rempah lainnya, lalu dibungkus lemak kambing agar tidak pecah saat dibakar. Jika dibandingkan dengan sate pada umumnya, sate buntel punya ukuran yang lebih besar. Maka dari itu sate buntel biasa disajikan dua tusuk seporsinya.