Akses dan transisi energi juga menjadi sorotan utama. Deklarasi tersebut menggarisbawahi ketimpangan yang tajam, menyatakan bahwa "lebih dari 600 juta warga Afrika tidak memiliki akses listrik.
Para pemimpin mendukung upaya untuk menaikkan kapasitas energi terbarukan global hingga tiga kali lipat dan menggandakan peningkatan efisiensi energi per 2030, serta menekankan urgensi dari mobilisasi investasi yang ditingkatkan dan memfasilitasi pendanaan berbiaya rendah untuk negara berkembang sesuai dengan kondisi nasional. Mereka juga menyoroti pentingnya transfer teknologi secara sukarela "berdasarkan kesepakatan bersama."
Sementara itu, terkait mineral penting, G20 mendukung Kerangka Kerja Mineral Penting (Critical Minerals Framework), yang digambarkannya sebagai panduan sukarela untuk "rantai nilai mineral penting yang berkelanjutan, transparan, stabil, dan tangguh yang mendukung industrialisasi dan pembangunan berkelanjutan."
Deklarasi tersebut menekankan bahwa sumber daya mineral harus berfungsi sebagai "katalisator bagi penambahan nilai dan pembangunan yang menyeluruh, bukan sekadar ekspor bahan mentah," yang menegaskan hak negara-negara produsen untuk memanfaatkan sumber daya mereka demi pertumbuhan yang inklusif.
Deklarasi para pemimpin tersebut mencerminkan pengakuan bersama bahwa tantangan global memerlukan pendekatan yang lebih terkoordinasi dan adil.