CARAPANDANG - Partai yang dipimpin Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menghadapi tantangan besar dalam pemilu parlemen Minggu (27/10/2024). Hal ini merupakan akibat dari skandal korupsi dan menurunnya dukungan publik, dilansir dari AP News.

Meski begitu, dominasi Partai Demokrat Liberal (LDP) tidak akan berakhir meski Ishiba harus mundur dari jabatannya. LDP telah menguasai politik Jepang sejak 1955 dan hanya dua kali kehilangan kekuasaan dalam waktu singkat.

Partai ini mendapat dukungan kuat dari birokrasi, bisnis, dan pemimpin regional, serta menguasai pedesaan Jepang melalui subsidi besar-besaran. Oposisi utama, Partai Demokrat Konstitusional Jepang (CDPJ), diprediksi akan meraih kemajuan, namun belum cukup untuk menggulingkan LDP.

Meskipun pemilih seperti Kanako Ojima meragukan oposisi, LDP dianggap memiliki visi jangka panjang yang lebih baik. Ishiba memanfaatkan citranya sebagai pembaharu untuk memperbaiki dukungan, meski diperkirakan LDP akan kehilangan sejumlah kursi dalam pemilu.

LDP dibentuk pada 1955 dari penggabungan dua partai konservatif dan telah memimpin Jepang melalui masa pemulihan pasca perang. Partai ini hanya kehilangan kekuasaan dua kali akibat skandal suap besar.

Sistem pemilu Jepang kini menggabungkan distrik satu kursi dengan perwakilan proporsional, yang menguntungkan LDP. Kekuasaan sering diwariskan dalam keluarga politikus kuat, dengan perempuan hanya mewakili 10% dari majelis rendah.